Program Penanganan Diabetes Melitus di Provinsi Kalimantan Timur
dengan Pendekatan Transformasi Kesehatan
Reportase Identifikasi Masalah dan Rencana Tindak Lanjut
Hasil Survey Pengendalian DM di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai BaratÂ
Provinsi Kalimantan Timur
1 Agustus 2024
PKMK-Yogya. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menelusuri masalah-masalah dalam penanganan diabetes melitus (DM) di setiap kabupaten/kota di Kalimantan Timur. Kegiatan ini diselenggarakan pada Kamis (1/8/2024) secara daring. Agus Salim, MPH dan Candra, MPH dari tim PKMK FK-KMK UGM bertindak sebagai moderator dan narasumber dalam diskusi ini. Diskusi awal mencakup penyebaran tautan survei serta eksplorasi lebih lanjut terhadap program-program puskesmas dan dinas kesehatan yang sedang berjalan.
Beberapa dinas kesehatan dan institusi belum mengakses situs website yang disediakan untuk data dan informasi terkait kegiatan dan program Diabetes Melitus (DM). Tantangan dalam distribusi tautan survei muncul, terutama karena pada waktu yang bersamaan tim dinas kesehatan juga memiliki prioritas lain.
Di Kutai Barat, tim dinas kesehatan menghadapi hambatan dalam penanganan DM, termasuk keterbatasan anggaran. Meskipun puskesmas sebagai motor utama mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), anggaran ini belum tentu mencakup kegiatan terkait DM. Sumber daya manusia yang sudah terlatih di 19 puskesmas masih berfokus pada penyakit tidak menular (PTM) secara umum, bukan khusus DM. Beberapa tenaga kesehatan, seperti perawat dan dokter, dibantu oleh analis yang melakukan kegiatan penunjang untuk layanan DM. Laporan layanan DM diinput ke aplikasi untuk membedakan antara prediabet, diabet, dan lainnya, namun seringkali terdapat masalah sinyal saat penginputan di ASIK atau SIPTM. Intervensi untuk pasien prediabet saat ini hanya sebatas promosi kesehatan, dan belum ada koneksi dengan BPJS untuk skrining DM secara luas. Program prolanis yang ada sebelumnya hanya diperuntukkan bagi lansia. Di puskesmas sendiri, terdapat dua kegiatan terkait DM dan PTM, yaitu senam dan promosi kesehatan. Saat ini, program puskesmas masih dalam tahap skrining untuk pasien prediabet.
Di Kutai Kartanegara, program DM di puskesmas meliputi skrining di tingkat RT, posbindu, tempat ibadah, dan acara tertentu. Tim penanganan DM bekerja sama dan pembiayaan berasal dari DAK dan APBD. Tantangan terkait penginputan data muncul akibat masalah sinyal internet. Dari hasil pemeriksaan di lapangan, ditemukan bahwa beberapa pralansia yang tidak didiagnosis DM ternyata memiliki DM pada tahap skrining dan diarahkan ke poliklinik untuk tindak lanjut. Untuk prediabet, intervensi masih sebatas promosi kesehatan. Puskesmas kesulitan mengontrol pasien untuk tindak lanjut dan hanya fokus pada skrining, serta tidak dapat melakukan tracking ketika merekomendasikan pasien ke fasilitas kesehatan lanjutan. Saat ini, ASIK dan SIPTM belum mendukung portabilitas data dan layanan. Di puskesmas lain seperti Samboja, terdapat tantangan terkait akses jalan ke desa-desa tertentu. Jejaring lain yang mendukung kegiatan DM dan PTM belum ada, hanya sebatas dari dinas kesehatan dan puskesmas, sedangkan klinik hanya mengirimkan laporan secara tidak rutin.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur mengusulkan penguatan edukator untuk membantu program-program di daerah, yang bisa di-cover melalui pelatihan atau dukungan lain dari dinas kesehatan provinsi. Beberapa catatan yang ditemukan mencakup kiat-kiat penanganan DM, seperti mendetailkan layanan untuk DM dan menjalin kerjasama dengan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk penanganan DM. Diharapkan survei bisa terisi hingga September mendatang untuk melengkapi berbagai poin terkait rumah transformasi kesehatan.
Reporter
Faisal Mansur, MPH (PKMK FK-KMK UGM)