Reportase
Pertemuan Asesmen Implementasi Program DM di Kabupaten Kutai Timur dan Kota Bontang Provinsi Kalimantan Timur
Pertemuan lanjutan pembahasan terkait DM di Kalimantan Timur mempertemukan peneliti PKMK UGM dengan tim Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Kesehatan Kutai Timur, dan Dinas Kesehatan Kota Bontang. Nurcholis dari Dinas Kesehatan Kutai Timur menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai kegiatan untuk mendeteksi dan mencegah diabetes. Mereka melibatkan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, dan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi serta pemeriksaan kesehatan terkait DM. Di Kabupaten Kutai Timur, terdapat 21 puskesmas yang melibatkan peran serta pemerintah desa dalam penyediaan logistik dan pelaksanaan kegiatan terkait DM. Bulan September mendatang, akan diadakan pertemuan untuk peningkatan kapasitas pengelola program penyakit tidak menular (PTM), termasuk diabetes.
Nurcholis juga menyoroti adanya kerjasama dengan rumah sakit dan perusahaan-perusahaan di wilayah tersebut untuk mendukung deteksi dini dan pengelolaan DM. Rumah sakit Kudungga menjadi salah satu pusat rujukan spesialis DM di daerah ini. Selain itu, pemeriksaan kesehatan rutin telah dilakukan di berbagai instansi dan perusahaan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya deteksi dini diabetes. Nurcholis berharap dapat memperkuat kembali kerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk mendukung program ini.
Perwakilan dari Puskesmas Teluk Pandan yaitu Meti menjelaskan bahwa mereka melakukan skrining diabetes bukan hanya di puskesmas melainkan juga di sejumlah sekolah. Puskesmas Teluk Pandan telah menjalankan program screening DM baik di dalam maupun di luar gedung. Mengenai ketersediaan obat-obatan, hingga saat ini masih dapat dikendalikan dengan baik. Puskesmas ini juga baru saja meningkatkan tenaga medisnya untuk memperkuat pelayanan kesehatan terkait DM.
Adriana dari Dinas Kesehatan Bontang menguraikan bahwa DM merupakan bagian dari program pengendalian penyakit tidak menular (PTM) di Bontang. Mereka juga mengimplementasikan program Intervensi Lintas Program (ILP) yang fokus pada berbagai siklus hidup, termasuk skrining DM di sekolah-sekolah dan instansi pemerintahan. Di Bontang, ada program khusus bagi calon jamaah haji di mana kontrol gula darah menjadi salah satu indikator penting untuk kelayakan perjalanan haji. Adriana juga menyoroti tantangan dalam meraih partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam program pencegahan DM.
Eka Anik dari Puskesmas Bontang Selatan 2 menekankan pentingnya pencegahan dan penanganan DM dengan melibatkan warga setempat dalam berbagai kegiatan seperti kelas kesehatan dan pemeriksaan rutin di lapangan. Namun, tantangan yang dihadapi adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan mereka secara rutin, terutama jika tidak ada gejala yang muncul. Konsumsi gula yang tinggi di masyarakat, terutama di kalangan suku tertentu, juga menjadi tantangan dalam upaya pencegahan DM.
Ika Gladis, perwakilan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur menjelaskan bahwa untuk mendeteksi prediabetes dan diabetes, pemeriksaan gula darah sewaktu digunakan. Jika kadar gula darah sewaktu di atas 200 mg/dL, pasien akan disarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut, termasuk gula darah puasa dan HbA1c untuk diagnosis yang lebih akurat. HbA1c di atas 7% dalam tiga bulan terakhir menunjukkan kemungkinan besar seseorang menderita diabetes. Pemeriksaan ini penting untuk memastikan diagnosis diabetes secara tepat dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Upaya pencegahan dan pengendalian DM di Kutai Timur dan Bontang melibatkan pendekatan kolaboratif antara pemerintah, instansi kesehatan, dan masyarakat. Pemeriksaan rutin, sosialisasi, dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan menjadi kunci dalam menanggulangi peningkatan kasus DM di wilayah ini. Melalui kerjasama lintas sektor dan program-program yang berfokus pada deteksi dini, diharapkan angka kejadian DM dapat ditekan dan kualitas hidup masyarakat dapat ditingkatkan.
Selain itu, pentingnya inovasi dan pendekatan khusus untuk menangani perbedaan demografis dan budaya, seperti yang dihadapi di wilayah pesisir dengan suku tertentu yang memiliki kebiasaan konsumsi gula tinggi, menjadi perhatian dalam program pencegahan dan pengelolaan diabetes. Semua pihak diharapkan terus berperan aktif dan memperkuat kerjasama untuk keberhasilan program ini.
Reporter: Candra, MPH