20Oct
Obat dan Logistik
Written by DM Kalimantan Timur. Posted in Artikel
Diabetes Melitus (DM) menjadi ancaman kesehatan yang serius di Kalimantan Timur. Pengelolaan DM yang efektif membutuhkan akses terhadap obat-obatan dan alat kesehatan yang memadai. Namun, ketersediaan dan aksesibilitas terhadap sumber daya ini bervariasi di setiap kabupaten/kota di Kalimantan Timur
Ketersediaan Obat:
Secara umum, ketersediaan obat diabetes di Kalimantan Timur cukup baik, terutama di kota-kota besar seperti Samarinda dan Balikpapan. Fasilitas kesehatan di kedua kota ini menyediakan berbagai jenis obat antidiabetes oral, seperti metformin dan sulfonilurea, serta insulin untuk pasien dengan kebutuhan yang lebih kompleks. Apotek di kota-kota ini juga menyediakan obat diabetes yang beragam, baik generik maupun bermerek, sehingga pasien memiliki pilihan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial mereka. Namun, di daerah-daerah terpencil seperti Kabupaten Mahakam Ulu, ketersediaan obat diabetes masih menjadi masalah. Puskesmas di wilayah ini, seperti Tiong Ohang dan Long Pahangai, menghadapi keterbatasan anggaran dan akses, sehingga sulit untuk menyediakan obat diabetes secara lengkap dan berkelanjutan. Hal ini menyulitkan penderita diabetes di daerah tersebut untuk mendapatkan pengobatan yang optimal dan meningkatkan risiko komplikasi.
Ketersediaan Alat Kesehatan:
Ketersediaan alat kesehatan untuk pemantauan dan pengelolaan diabetes juga bervariasi di Kalimantan Timur. Di Samarinda, Balikpapan, dan Kabupaten Paser, alat-alat seperti glukometer, strip tes darah, dan lancet tersedia secara luas di fasilitas kesehatan dan apotek. Beberapa Puskesmas di Kabupaten Paser bahkan menyediakan alat yang lebih lengkap, seperti timbangan badan, tensimeter, ophthalmoscope, dan monofilamen, untuk pemantauan kondisi pasien secara komprehensif.
Di sisi lain, ketersediaan alat kesehatan di daerah-daerah terpencil, seperti Kabupaten Mahakam Ulu dan Berau, masih terbatas. Puskesmas di wilayah ini kesulitan untuk menyediakan glukometer dan strip pengukur gula darah yang cukup, sehingga menyulitkan pasien untuk melakukan pemantauan mandiri. Di Kabupaten Berau, beberapa Puskesmas bahkan melaporkan kekurangan stok stik pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol, yang menghambat upaya skrining dan deteksi dini komplikasi diabetes.