20Oct
Sistem Informasi dan IT
Written by DM Kalimantan Timur. Posted in Artikel
Provinsi Kalimantan Timur, dengan lanskapnya yang beragam mulai dari perkotaan yang berkembang hingga daerah pedalaman yang sulit dijangkau, menghadapi tantangan unik dalam penerapan teknologi kesehatan dan sistem informasi, terutama dalam pengendalian Diabetes Melitus (DM). Analisis di berbagai kabupaten/kota menunjukkan adanya variasi yang signifikan dalam hal adopsi, implementasi, dan efektivitas pemanfaatan teknologi ini.
Di tingkat provinsi, Kalimantan Timur telah menunjukkan komitmen dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan layanan kesehatan, khususnya dalam program pengendalian DM. Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM) dan Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular (ASIK PTM) menjadi tulang punggung dalam pencatatan, pelaporan, dan pemantauan data pasien DM di hampir seluruh kabupaten/kota.
Namun, implementasi sistem ini tidak seragam di seluruh wilayah. Kota-kota besar seperti Samarinda dan Balikpapan tampak lebih maju dalam mengintegrasikan teknologi ini ke dalam sistem kesehatan mereka. Samarinda, misalnya, telah berhasil memanfaatkan SIPTM dan ASIK PTM untuk mempermudah pencatatan, pemantauan, dan evaluasi program pencegahan DM. Balikpapan bahkan meluncurkan website khusus https://balikpapan.diabetes-indonesia.net/ yang menyediakan informasi komprehensif tentang DM, menunjukkan komitmen yang kuat dalam memanfaatkan teknologi digital untuk edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat.
Di sisi lain, kabupaten-kabupaten lain, terutama di daerah pedalaman seperti Mahakam Ulu dan Berau, masih tertinggal dalam hal pemanfaatan teknologi kesehatan. Infrastruktur IT yang terbatas, akses internet yang belum merata, dan kurangnya tenaga kesehatan yang terlatih menjadi hambatan utama. Di Mahakam Ulu, misalnya, kendala geografis dan aksesibilitas membuat pelaporan data melalui SIPTM menjadi kurang optimal. Sementara di Berau, pemanfaatan teknologi informasi untuk pengendalian DM masih terbatas pada beberapa Puskesmas.
Tantangan lain yang dihadapi Kalimantan Timur adalah kurangnya integrasi antara berbagai aplikasi dan sistem informasi kesehatan. Di Kutai Timur, misalnya, Puskesmas dihadapkan pada beban administratif yang berat karena harus menggunakan banyak aplikasi secara bersamaan. Hal ini menghambat efisiensi pelaporan dan berpotensi mempengaruhi kualitas data.
Kesenjangan digital antara wilayah perkotaan dan pedalaman menjadi salah satu faktor penghambat dalam penerapan teknologi kesehatan di Kalimantan Timur. Akses internet yang terbatas, ketersediaan perangkat keras, dan kurangnya infrastruktur pendukung di daerah pedalaman menyulitkan implementasi sistem informasi kesehatan dan pemanfaatan teknologi digital untuk edukasi dan promosi kesehatan.